MAD
satu hal
yang tidak kalah penting dalam membaca alqur'an adalah mengetahui bacaan
panjang dan pendek atau yang sering disebut mad.
Dengan memeliharahukum ini dalam melafalkan setiap kalimat Al-Qur'an, berarti memelihara maknanya juga.
Sebab jika seseorang membaca Al-Qur'an tidak memerhatikannya, maka tanpa
disadari orang tersebut telah merubah makna aslinya. Begitulah yang dicontohkan
oleh Baginda Rasulullah SAW ketika beliau membaca Al-Qur'an.
عن قتادة رضي الله عنه قال :
سألت أنس بن مالك رضي الله عنه عن قراءة النبي صلي الله عليه وسلم فقال : كان يمد
مدا. رواه النسائي
Diriwayatkan oleh Qathadah ra. Ia berkata : aku bertanya kepada Anas bin
Malik ra. Bagaimana Nabi membaca Al-Qur'an. Kemudian Anas berkata : Beliau
membacanya dengan memanjangkan bacaan yang panjang. (HR. An-Nasa'i).
Dalam tulisan
ini, in syaa Allah akan membahas seputar masalah mad di dalam Tajwid.
Diharapkan dari teori-teori yang dipaparkan nantinya bisa membantu kita saat
mempraktekkannya.
I.
Bacaan panjang (Mad)
a. Dari segi bahasa mad berarti tambahan (Hamdan Badr, 'Aun al Majid fi
'ilmi al Tajwid, Maktab as Sunnah, kairo, cet. II, 2005, hal. 61), Ini
dapat dilihat dari salah satu firman Allah Swt. yang termaktub dalam Al-Qur'an ;
ويمددكم باموال وبنين
Dan dia
menambah harta dan anak-anak kamu ... (Qs. Nuh : 12)
b. Dari segi istilah
Menurut istilah
ilmu tajwid mad adalah memanjangkan
suara pada huruf mad atau layn(Huruf layn
ada dua yaitu huruf و dan ي . kedua huruf ini dibaca dengan layn (lunak) jika ia
berbaris sukun (mati) dan huruf sebelumnya berbaris fathah (baris
atas). biasanya dibaca panjang saat diwaqafkan (berhenti) contohnya : خوف) yang ditandai dengan beberapa
sebab(Hamdan Badr, op. cit.,
hal. 61).
II.
Bacaan pendek atau Qashr
Menurut bahasa Qashr adalah menahan dan mencegah (Dr. Su'ad Abd. al Hamid, Taisir al
Rahman Fi Tajwid Al Quran, Dar at Taqwa, Kairo, cet. IV, 2004, hal. 207).
Sedangkan menurut istilah adalah memendekkan bacaan pada huruf mad atau layn
karena ketiadaan beberapa sebab(Ibid.,
hal.207)
Memendekkan
bacaan di sini maksudnya adalah tidak membaca panjang pada kalima-kalimat
Al-Qur'an yang tidak memiliki tanda panjang. Jika terdapat salah satu tanda
panjang maka dia termasuk mad, jika
tidak dia termasuk Qashr.
Huruf-huruf mad
Huruf mad ada tiga('Atiyah Qabil Nashir, Ghayat al Murid Fi 'Ilmi at Tajwid, Dar at Taqwa, Kairo,
cet. VI, hal. 87) :
1. Alif (ا ) yang sebelumnya berharkat
fathah (baris atas) contoh :قال
2. Waw (و ) yang sebelumnya berharkat
dhammah (baris atas/depan) contoh :نُور
3. Ya (ي ) yang sebelumnya berharkat
kashrah (baris bawah) contoh : قِيل
Ketiga huruf di
atas terhimpun dalam satu lafaz (واي)
dan untuk lebih mudahnya dengan mengingat kalimat نُوحِيها.
Pada kalimat ini terhimpun semua huruf mad ketiga-tiganya. Dan di dalam
ilmu Nahwu ketiga huruf ini disebut dengan huruf 'illat.
Jenis-jenis
mad
Secara garis
besar mad terbagi dua bagian, ada yang disebut mad Ashli adapula
yang disebut Mad Far'i. Masing-masing dari kedua mad ini memiliki
beberapa jenis lagi. Berikut penjelasan dari pembagian kedua mad
tersebut.
I. Mad Ashli
Sering dikenal
juga dengan sebuatan mad Thabi'i. Penamaan ini disebabkan karena panjang
mad Ashli berasal dari huruf mad itu sendiri. Sebagaimana yang
telah dijelaskan terdahulu. Ketiga huruf mad yang di atas merupakan
sebab kenapa harus dibaca panjang mad Ashli.
Adapun cara
membacanya harus dipanjangkan dengan ukuran satu alif (ukuran
satu alif sama dengan dua harakat. untuk mengetahui seberapa panjang dua
harakat itu bisa diukur dengan ketukan nada atau genggaman tangan. setap satu
harkat berarti satu ketukan atau genggaman) pada
semua tingkatan bacaan, baik dia membaca Tahqiq, Tadwir dan Hadar.
Mad Ashli terbagi menjadi dua bagian. Mad Thabi'i al Kilmi dan Mad
Thab'i al Harfi (Dr. Su'ad Abd. al Hamid, op.cit.,
hal.209).
1). Mad
Thabi'i al Kilmi. Pada jenis ini terdapat tiga bentuk :
a. Posisi mad
berada pada bacaan yang disambung (washal) dan diberhentikan (waqf) Contoh : يقولون dibaca panjang baik ketika disambung maupun
berhenti.
b. Posisi
mad berada hanya pada bacaan yang diberhentkan saja. Jika disambung dengan
kalimat sesudahnya maka tidak dibaca panjang, contoh هدى pada
bentuk ini dkenal juga dengan mad Iwadh (ganti). Maksudnya adalah
menggantikan huruf ya di akhir kalimat dengan huruf alif. Dan
tidak lagi dibaca fatathatain (baris dua di atas) akan tetapi menjadi
fathah (baris atas).
c. Posisi mad
berada hanya pada bacaan yang disambungkan saja. Jika ia dibaca diberhentikan
maka ia tidak dibaca panjang, contoh :
إن ربه كان به بصيرا
Basanya ini
ditandai dengan harkat dammah (baris depan) untuk pengganti huruf waw dan tanda
seperti ya kecil setelah kasrah untuk pengganti ya.
2). Mad
Tahbi'i al Harfi. Nama lainnya adalah Mad Thabi'i Tsanaiy yaitu
huruf-huruf penggalan (muqtha'ah) yang terdapat di beberapa permulaan surat.
Huruf penggalan ini disebut juga dengan fawatih al Suwar. Karena
letaknya di awal surat, maka dikonotasikan sebagai pembuka surat-surat.
Huruf ini hanya ada lima. Kalimat huruf tersebut terhimpun pada sebuah ungkapan طهر حي
yaitu huruf ha
(حاء), ya (الياء),
Tha (الطاء), Ha (الهاء),
Ra (الراء).
Contoh : طس
II. Mad al Far'i
Merupakan
cabang dari mad Ashli. Secara garis besar ia memiliki dua sebab yaitu hamza dan
sukun (Hamdan Badr, op, cit.,
hal. 65).
A. Mad al-Far'i yang disebabkan hamzah
Mad Far'i yang
disebebkan hamzah ada tiga jenis.
1. Muttashil
2. Munfashil
3. Badal
Mad Wajib
Munfashil
Setelah huruf
mad terdapat hamzah yang bersambug dalam satu kalimat. Dibaca panjang, dua
sampai dua setengah alif. Jika diwaqafkan maka dibaca tiga alif.
Contoh : إذا جاء نصر الله والقتح, وانزلنا من السماء, ثلاثة قروء
Mad Jaiz
Munfashil
Setelah huruf
mad terdapat hamzah yang terpisah dengan kelimat berikutnya. Dibaca panjang,
boleh satu atau dua setengah alif. Contoh :
قوا أنفسكم وأهليهم
نارا, إنى أمنت بربكم
Mad Badal
Huruf mada yang
beremu dengan hamzah. Pada awalnya kedua huruf itu sama, kemudian untuk
mempermudah dalam membacanya huruf kedua diganti dengan huruf mad. Dibaca
panjang seperti mad ashli, satu alif.Contoh :
ءامنوا asal katanya أأمنوا
إيمانا asal katanya إإمانا
أوتوا asal katanya أأوتوا
Ditinjau dari
dari bentuk pemisahannya (infishal) mad jaiz munfashil terbagi kepada
dua bagian (Dr. Su'ad Abd. al Hamid, op.cit., hal.215).
Pertama :
Terpisah langsung (Infishal haqiqi)
Kedua :
Terpisah tidak langsung (infishal hukmi)
Yang dimaksud dengan infishal haqiqi adalah tetapnya huruf mad baik lafaz maupun bentuknya, contoh :الله ارض فى
Untuk menandai
bentuk ini caranya cukup dengan melihat hamzah yang ada di depannya.Sedangkan
yang dimaksud infishal hukmi adalah huruf mad yang bentuknya
dihilangkan
namun pada lafaznya ada, contoh : ياإبراهيم Bisanya
bentuk ini ditandai dengan penulisan hamzah dan mad bersambung.
Perbedaan
antara keduanya adalah bخleh tidaknya waqaf.
Pada infishal haqiqi dibolehkan waqaf sementara dan infishal hukmi tidak boleh.
Karena dipandang satu kalimat (Ibid., hal.
215)
B. Mad Far'i yang disebabkan sukun
Jenis ini
terbagi kepada dua bagian (Hamdan Badr, op, cit., hal. 66).
Pertama :
Disebabkan pemberhentian bacaan di akhir kalimat (as sukun al aridh).
Yang termasuk
jenis ini adalah Mad Aridh Lissukun dan Mad Layn.
Kedua :
Disebebkan tanda panjang yang ada dalam huruf dan kalimat (as sukun al ashli al
lazim). Yang termasuk jenis ini adalah mad lazim, terbagi dua :
1. Al-Kilmi
(Mutsaqqal dan Mukhaffaf)
2. Al-Harfi
(Mutsaqqal dan Mukhaffaf)
Untuk memahami
keduanya perhatikan table berikut :
Nama
|
Keterangan
|
contoh
|
Mad Aridh Lis Sukun
|
Mad ashli
yang diwaqafkan pada akhir ayat. Membacanya boleh dipanjangkan satu, atau dua
sampai tiga alif. Dengan catatan ukuran panjang harus sama di setiap
pemberhentian ayat ketika membaca mad ini
|
رب العالمين
غفور رحيم
بما تعملون بصير
|
Mad Layn
|
Huruf waw
atau ya berbaris mati yang diwaqafkan baik pada pertengahan ayat atau akhir.
Dan disyaratkan kedua huruf tersebut sebelumnya harus berbaris dammah untuk
waw dan kasrah untuk ya. Boleh dibaca panjang satu sampai tiga alif. Akan
tetapi jika washal dengan kalimat berkutnya maka tidak dibaca panjang.
|
لايلاف قريش
لما بين يديه
|
Mad Lazim kilmi mutsaqqal
|
yang dimaksud
dengan mad lazim kilmi mutsaqqal adalah bertemunya huruf mad dengan baris
sukun (mati) dalam satu kalimat. karena dalam kalimat tersebut terdapat
tasydid setelah mad maka disebut mad al lazim kilmi mutsaqqal.
membacanya harus dipanjangkan sebanyak tiga alif
|
الحاقة
اتحاجوني
|
Mad Lazim Kilmi Mukhaffaf
|
bertemunya
huruf mad dengan baris sukun (mati) dalam satu kalimat namun tidak
bertasydid. panjangnya tiga alif.
|
الان وقد كنتم به تستعجلون
ألان وقد عصيت قبل
|
Mad al Lazim Harfi Mutsaqqal
|
yang dimaksud
dengan mad al alazim harfi mutsaqqal adalah bertemunya huruf mad
dengan huruf muqthaah / fawatih as
suwar yang ada di depan permulaan surah. dengan catatan harus ada tasydid
pada huruf tersebut. membacanya panjang
tiga alif.
|
الم
طسم
المر
|
Mad al Lazim Harfi Mukhaffaf
|
Huruf
penggalan (muqthaah) yang tidak bertasydid pada permulaan surah.
dibaca panjang sebanyak tiga alif.
|
ن والقلم
ق والقران
|
selain beberapa
mad yang telah disebutkan, ada beberapa jenis lain lagi. jenis-jenis ini
disebut alqab al mudud (gelar mad) ('Atiyah Qabil Nashir,
op, cit., hal. 111).
walaupun tidak masuk dalam rangkaian pembagian yang telah dibicarakan di atas
namun jenis ini tidak keluar dari pembagian mad al ashli dan mad al
far'i.
1. Mad al Shilah yaitu Ha dhamir (Dhamir dalam
bahasa arab artinya kata ganti. Penggunaan kata ganti dalam penulisan bahasa
arab merupakan uslub/ metode untuk membuat tulisan itu singkat dan padat. Tanpa
harus mengulangi kalimat yang sama, namun pokok pikiran penulis bias tersampaikan
dengan tegas. Ada beberapa kata ganti, dan kata ganti ha di sini
biasanya untuk orang ketiga tunggal baik laki laki maupun perempuan) dalam kalimat al qur an yang
memiliki tanda panjang. dibaca panjang seperti membaca mad thabii.
disebut mad shilah karena huruf tersebut disambungkan dengan mad. dengan
syarat jika dia berbaris depan (dhammah) maka hurufnya waw, dan jika berbaris bawah (kasrah) maka hurufnya ya
Mad al shilah
terbagi menjadi dua :
a. Mad al
shilah al kubra : ha dhamir berjumpa dengan hamzah pada kalimat
berikutnya, ini tergolong pada mad
jaiz al munfashil. contoh : ولا يشرك بعبادة ربه أحدا
b. Mad al
shilah as sugra : ha dhamiryang memiliki tanda panjang disebabkan karena
kemasukan huruf mad. ini tergolong pada mad ashli. contoh : انه كان في اهله مسرورا
2. Mad al Tamkin yaitu bertemunya huruf mad dengan huruf yang sama pada kalimat
sesudahnya. mad ini berfungsi untuk menghindarkan terjadinya idgham dalam bacaan, dibaca panjang satu alif.
contoh : امنوا وعمل الصالحات
3. Mad al 'Iwad yaitu mengganti tanwin
(fathatain) menjadi baris fathah ketika diwaqafkan. dibaca panjang satu alif.
contoh : أفواجا
4. mad al Ta'zhim Mad ini dikhususkan pada
riwayat hafs. memanjangkan seluruh mad al jaiz al munfashil pada bacaan لا اله الا انت سبحانك
5. Mad al Farq : menggantikan alif menjadi
hamzah washal dalam satu kalimat yang
terdapat huruf mad padanya. mad ini disebut juga dengan mad al lazim al kilmi
al mukhaffaf
demikianlah beberapa permasalahan tajwid tentang
mad yang bisa dipaparkan oleh penulis. Sebenarnya pembahasan di atas belum
cukup memadai. Oleh karena itu sungguh disayangkan jika kita menghentikan
sampai di sini saja untuk mengetahui bagaimana mad dalam tajwid itu.
Selanjutnya, hendaknya lampu kegigihan
menuntut ilmu tajwid ini dalam diri kita senantiasa dinyalakan. Baik dengan
mengikuti kajian-kajian yang berkaitan dengan ini ataupun lansung belajar
dengan seorang guru.
Satu hal yang perlu kiranya penulis sampaikan
kepada pembaca, semoga tulisan ini bermanfaat. Tentunya dengan keterbatasan
kemampuan yang dimiliki penulis sangatlah mengharap kritik perbaikan untuk
tulisan ini
Daftar Pstaka :
Al Quran
dan Terjemahan (DEPAG)
Badr, Hamdan. 'Aun al Majid
fi 'ilmi al Tajwid, Maktab as Sunnah, kairo
Abd. Al Hamid, Su’ad. Taisir al
Rahman Fi Tajwid Al Quran, Dar at Taqwa, Kairo
Qabil Nashir, ‘Athiyah. Ghayat al Murid Fi 'Ilmi at Tajwid, Dar at Taqwa, Kairo
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق